Ane punya teori gini bro, belajar (dan menekuni) apa yang kita senangi itu bisa jadi syahwat, karena alangkah bijaknya kalau kita (juga) belajar apa yang dibutuhkan oleh ummat. Jadi harus berhati2, godaannya cukup besar. Tentu saja kalo bisa mengombinasikan dua itu jauh lebih cakep :]
– Radyum Ikono, 2009.
Kata-kata ini tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya ketika berbincang dengan salah seorang sahabat saya tentang pertimbangan yang akan dia ambil ketika memilih organisasi yang hendak di tekuninya selama kuliah. Selama ini, mungkin sebagian besar dari kita masih lebih memilih untuk berpikir bahwa :
Pilihan saya adalah semata-mata hak saya dan selama saya bertanggungjawab atas pilihan itu, orang lain tidak seharusnya mencampurinya.
Dulu ketika kelas dua SMA fase akhir, sebagian besar dari kita pasti sudah punya pertimbangan hendak mengambil jurusan X di Universitas Y dengan alasan versi masing-masing. Dan kalau boleh jujur, maaf seandainya tidak berkenan, pemilihan jurusan setelah lulus SMA itu seringkali hanya di dasarkan pada : prospek mendapatkan penghasilan/keuntungan yang akan di peroleh (tidak harus berupa uang) dan minat/bakat atau preferensi pribadi. Itu saja.
Kembali ke topik, dua pertimbangan ini jugalah yang mungkin masih menyertai kita ketika memilih berbagai kesempatan yang ada dalam hidup kita, semisal : organisasi yang hendak di terjuni, spesialisasi yang akan di ambil, bahkan sampai mata pekerjaan yang akan di geluti di masa depan.
Namun, apabila kita memaknai kutipan yang saya tulis di depan, alasan itu terasa begitu sempit sekali.
Saya selalu suka dengan kata-kata ini : bahwa orang yang terbaik adalah orang yang bisa berguna bagi sesamanya.
Ada hak orang lain dalam diri kita. Gambar besarnya, apa yang kita usahakan seharusnya bukan hanya untuk diri kita sendiri saja. Apa yang kita usahakan seharusnya bukan hanya karena diri kita sendiri saja. Ada mereka-mereka yang berhak merasakan manfaat dari setiap pilihan yang kita ambil, baik mereka yang berupa saudara se-kandung, rekan se-organisasi, sahabat seangkatan, teman satu kampus, dan lebih besar lagi : sesama rakyat Indonesia dan warga dunia.
Terdengar sulit? Memang 😛
Life is never for the faint-hearted.
Ibaratnya seperti ini :
Ada orang yang merasa sudah cukup puas ketika bisa menekuni apa yang sudah dia pilih dan bertanggungjawab akan hal itu, karena dia memang merasa bahwa dia mencintai hal itu dari awal dan bisa total di dalamnya.
Ada orang yang merasa sangat puas ketika bisa menekuni apa yang sudah dia pilih dan bertanggungjawab akan hal itu, karena dia memang merasa bahwa ketika dia bisa mencintai hal itu dan total di dalamnya bukan hanya dia yang akan merasakan manfaatnya namun juga orang-orang di sekitarnya.
Selamat memantapkan hati boi, jangan lupa bismillah 🙂
Semoga setiap keputusan yang kita ambil mendapat ridho dari-Nya.
___
Ini saya tulis hampir 2 tahun yang lalu. Dan malam tadi, setelah sesi QR seperti biasa, ada rindu untuk kembali mendendangkannya. Tentang pilihan.
Mau kemana setelah lulus? Lanjut studi atau langsung bekerja? Mengejar passion, mempertahankan idealisme atau pasrah pada realita dan menjadi pragmatis?
Banyak sekali percabangannya ternyata. Saya harus mulai memikirkannya dengan lebih serius.
___
Saya baru sadar bahwa saya berhutang banyak dengan kakak saya, the first Sofyantoro dalam keluarga kami. Beliau yang sudah bekerja secara tidak langsung mengurangi beban saya untuk turut memikirkan tentang ekonomi keluarga. Saya bisa lebih fokus mengejar passion saya, melanjutkan studi setelah S1 dan bukan bekerja seperti jalan yang ditempuh sebagian besar teman-teman saya.
Ah, tentang mengejar passion dan menjalan realitas. Terkadang berbenturan. Seringkali diperbandingkan. Lebih sering saling menegasikan satu sama lain. Namun sekali lagi saya bersyukur, atas kesempatan yang dibuka oleh kakak saya atas saya, hingga film mengejar passion yang harus saya lakoni tidak lagi terbebani tentang kenyataan untuk juga membantu menopang ekonomi keluarga dan cepat bekerja. Saya juga bersyukur atas uang saku tambahan bulanannya, jajan melimpah setiap pulang dan calon kakak ipar yang sebentar lagi akan meramaikan keluarga ini. Ibu Bapak udah kangen cucu tuh 🙂